Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2015

Al-Qur'an dan Sains; Kita dan Paradoks

Prelude Tulisan ini bukan bermaksud untuk meniadakan sama sekali epistemologi sains al-Qur'an, namun semata sebuah perenungan pribadi yang terkadang gelisah akan keilmuan al-Qur'an. Kritik dan saran sangat terbuka untuk didiskusikan *** Karena tafsir Ilmi ini boleh dibilang merupakan salah satu bagian dari tafsir tematis, Kita mulai dari persoalan tafsir tematis; pertama, untuk melakukan sebuah kajian tafsir tematis, paling tidak seorang mufassir harus menguasai dua aspek; wawasan tema dan wawasan al-Qur’an. hal ini gak bisa dipisahkan, karena cacat pada salah satunya artinya cacat pada kajian yang akan dilakukan. Sebagi contoh; ketika seorang mufassir memilih menuangkan pikirannya tentang hukum dalam al-Qur’an maka ia haruslah pakar dalam dua bidang; hukum dengan segala aspeknya (sejarah, filosofi, penggunaan, dampak dan lain sebagainya) . hal ini akan mempengaruhi wawasan al-Qur’an yang ia ambil. Semakin sempit wawasannya dalam aspek hukum, maka ia akan cender

Nasrani dalam al-Qur’an: Sebuah Tinjauan Tartib Nuzuly

Nasrani dalam al-Qur’an: Sebuah Tinjauan Tartib Nuzuly Oleh: Nurul Jam’ i yah Kajian al-Qur’an Pendahuluan Dalam kehidupan modern, apa yang (akhir-akhir ini) ditawarkan oleh agama? Banyak anggapan bahwasanya peran agama dalam kehidupan manusia modern semakin surut dan terabaikan karena manusia akan semakin nyaman dengan dunianya sendiri dan tidak membutuhkan agama untuk memenuhi kepuasannya sebagai manusia. Namun kenyataanya agama semakin memiliki peran dan mewarnai berbagai sisi kehidupan. Hanya saja dibalik kekuatan peran agama, muncul gejala-gejala tidak sehat dalam kehidupan beragama yang akrab dengan kehidupan kita hari-hari ini; radikalisme, terorisme, fanatisme buta, aksi vandal dan lain sebagainya. Gejala yang paling menakutkan dari kehidupan beragama (mengutip Prof. Bambang Sugiharto) adalah ketakutan itu sendiri. Aktifitas beragama dalam tingkat tertentu mematikan fungsi manusia sebagai makhluk yang berpikir. Manusia menjadi takut untuk berpikir dan mempersoalkan

Angelika Neuwirth; Sebuah catatan seminar di UIN SUKA

Angelika Neuwirth; Sebuah catatan seminar di UIN SUKA   Lailatukum al-sa’iidah Yak dalam catatan edisi kali ini, saya nyoba ngasih gambaran tentang jalannya acara aja ya. Anggaplah ini adalah oleh-oleh saya pribadi, menahan dinginnya ac gak di bis dan di ruangan, maklum, meski suka hujan, tapi termasuk tipe-tipe tidak terlalu suka dinginnya ac Ma al-awwal? Menarik pengantar dari om mustaqim (beberapa bukunya saya pinjem dari mas anwar –itu juga pus pinjem dari pak mahfuzh, sori pak), ada tiga tipe kajian studi al-Qur’an orientalisme ; kritisisme, interpretatif, kalo gak salah satunya sosio-antropologis. Kira-kira tipenya seperti itu. Kritisisme bisa dibilang orinetasi pertama kajian al-Qur’an di barat, berawal dari upaya kajian kritis terhadap al-Qur’an terutama dalam hal orisinalitasnya. Adapun interpretatif sifatnya lebih moderat lah, kajiannya gak kejem-kejem amat, gak lagi bertumpu pada hal-hal kajian orisinalitas, namun lebih pada proses pemaknaan dan in