Islam Populer: Islam dan budaya KPop di
Indonesia
Oleh:
Aidah
Fikratul Islamiyah Firsty
(12010005)
Mata
Kuliah Islam dan Budaya lokal
Prodi Ilmu al-Qur’an
dan Tafsir
Sekolah Tinggi Agama
Islam Sunan Pandanaran
Pendahuluan
Di Indonesia adalah Negara demokarasi dengan
masyarakat muslim terbanyak. Dan bukan tidak mungkin lagi di Negara Indonesia
menjadi sasaran empuk untuk berkunjungnya budaya baru. Korean Wave merupakan
istilah untuk menyebut fenomena tersebarnya budaya pop modern Korea di berbagai negara khususnya di Indonesia. Penyebaran
budaya pop Korea ini melalui musik (K-pop), drama televisi (K-drama) dan film (K-movies). Istilah ini pertama kali
dicetuskan oleh media-media RRC (China) untuk menyebut fenomena yang sama melanda masyarakat RRC
pada awal tahun 1990-an. Di Indonesia, fenomena ini mulai terjadi belum lama ini.
Yang terbaru untuk saat ini, tentu saja booming-nya
pop musik Korea (K-pop) melalui Boy Band dan Girl Band Korea, Indonesia salah
satunya. Hampir semua remaja di Indonesia
mengenal nama-nama seperti Super
Junior atau Girls Generation. Bahkan di Indonesia sendiri saking boomingnya
budaya kpop sampai meniru hal tersebut, bukan hanya dalam hal trend artis
Korea, potongan rambut disasak tanpa aturan, mode busana ala K-Pop Boy and Girl
Band, sampai bahasa-pun, kian digandrungi. Tidak berhenti sampai situ saja
bahkan industry music di Indonesia tampaknta mulai berkiblat ke Korea terlihat
dengan munculnya Boy Band dan Girl Band Indonesia, SM*SH, CHERRYBELLE, 7ICON,
misalnya.
Secara agama Islam, demam Korean style (K-Pop)
merupakan bahaya laten bagi umat Islam khususnya remaja Indonesia, apalagi jika
remaja Indonesia tidak bisa memilah mana budaya yang baik dan mana budaya yang
buruk. Hal ini disebabkan karena kurangnya pembekalan agama yang kuat dalam
diri mereka. Dan untuk Indonesia sendiri Korean style, selain mencemari tradisi
budaya Indonesia yang terkenal santun, juga merusak sendi-sendi akhlak dan
mendonstruksi prinsip-prinsip dalam Agama.
Masuknya Budaya Kpop di Indonesia
Memasuki tahun 2011, K-Pop mulai merambah ke
sejumlah negara Asia bahkan Eropa, tidak terkecuali Indonesia. Mulanya, tahun
2002 drama Korea diperkenalkan di Indonesia lewat televisi-televisi swasta.
Salah satu judul yang sangat digandrungi yaitu ‘Endless Love’, setelah itu, tak
kurang dari 50 judul drama Korea memenuhi industri hiburan di tanah air.
Populernya drama Korea tersebut membuat segala
sesuatu berbau Korea diminati di Indonesia, salah satunya dalam bidang musik. Tidak
sedikit juga artis drama Korea yang turut berprofesi sebagai penyanyi, karena
pada umumnya drama-drama Korea menghadirkan original soundtrack, bahkan
dinyanyikan oleh si aktor atau aktrisnya sendiri. Kedinamisan musik Korea
dengan dramanya inilah yang menciptakan ketertarikan sehingga musik Korea juga
diminati. Terlebih, perpaduan antara cerita dalam drama dan musik sebagai
latarnya, membuat penonton semakin terhanyut dalam cerita.
Berangkat dari sinilah musik pop Korea merambah di
Indonesia, kemudian ditambah dengan artis-artis Korea yang memiliki fisik
istimewa, tentu saja ini menambah histeria penggemarnya. Boyband dan Girlband
Korea umumnya memiliki jumlah personil yang banyak sehingga penggemar lebih
variatif memilih idolanya, dance yang kompak dipadu dengan wardrobe
yang berkonsep pun menjadikan K-Pop suatu suguhan musik yang tidak pernah
membosankan.
Dampak Masuknya Budaya Kpop di
Indonesia
Ø Agama
Korean
style sebagai produk globalisasi dalam bidang Fun atau hiburan, telah mengikis
akhlak umat Islam. Kehidupan borjuistis ala musik K-Pop, semangat hidonis dan
matrealistis dalam alur cerita sinetronnya, serta pakian minim dalam model
busananya, menggeser polapikir para penikmatnya. Hal itu kemudian menjadi
gelombang trend besar-besaran seluruh masyarakat khususnya para remaja
Indonesia.
Dan
tentang mendengarkan musik, sebenarnya sah-sah
saja menyukai musik-musik Korea. Karena mendengarkan musik dalam Islam sendiri
hukumnya mubah, boleh dilakukan selama tidak terdapat perkara yang
menjadikannya haram. Misalkan mendengarkan musik sampai melalaikan shalat,
liriknya mengarah pada pemujaan terhadap lawan jenis dan mengandung
kemusyrikan, maka aktivitas mendengarkan musik yang kita lakukan menjadi
aktivitas yang haram. Selain itu, maka
boleh-boleh saja kita mendengarkan musik. Yang menjadi masalah dalam kasus ini
adalah jika kita juga mulai mengidolakan para penyanyinya hingga semua yang
berkaitan dengan mereka kita ikuti, dari penampilan hingga gaya hidup mereka. Tengok
saja remaja muslim sekarang, dari penampilan sampai mindset, pelan tapi pasti
telah berubah ala Korean style. Seolah tersihir dengan performance artis Korea,
setiap hal baru yang datang dari mereka dianggap positif dan selalu diup-date.
Pertanyaannya,
apakah gaya hidup mereka sesuai dengan hukum Islam hingga layak untuk diikuti?
Tentu saja jawabannya tidak. Para personel Girl Band misalnya, mereka memakai
pakaian-pakaian minim yang memperlihatkan aurat mereka. Setali tiga uang dengan
Girl Band, Boy Band pun sama saja. Rata-rata musik mereka menggambarkan gaya
hidup remaja yang penuh hura-hura. Tidak layak sedikit pun gaya hidup seperti
ini diikuti oleh kaum muslim, khususnya
remaja-remaja muslim.
Apakah
tidak ada pemuda Islam yang lebih layak untuk dicontoh dibanding mereka? Banyak
sebenarnya, hanya saja remaja muslim saat ini tidak mau mencarinya. Mungkin
nama Muhammad al-Fatih tidak setenar nama-nama personel Super Junior saat ini.
Namun, Jika dibandingkan dengan prestasi mereka, ibarat langit dan “dasar
sumur”. Bahkan mungkin tidak layak untuk diperbandingkan. Sultan Muhammad
al-Fatih merupakan Sultan ketujuh dalam Kesultanan Turki Utsmaniyah (Ottoman
Empire). Beliau adalah Khalifah yang akhirnya, atas izin Allah swt, mampu
mewujudkan bisyarah (kabar gembira) yang disampaikan oleh Rasulullah saw bahwa
kaum muslim pasti menaklukkan kota Konstantinopel. Sebaik-baik pemimpin adalah
pemimpin yang menaklukkan kota itu (Konstantinopel), dan sebaik-baik pasukan
adalah pasukannya. Butuh penantian selama 825 tahun sejak Rasulullah
menyampaikan bisyarah ini hingga akhirnya kaum muslim mampu mewujudkannya
melalui Muhammad al-Fatih. Nama asli Muhammad al-Fatih adalah Muhammad Khan bin
Murad II, juga dikenal sebagai Mehmet II bin Murad II. Al-fatih sendiri adalah
gelar yang disematkan kepadanya berkat keberhasilannya menaklukkan
Kontstantinopel. Dan Sultan Muhammad al-Fatih menaklukkan Konstantinopel di
usia 21 tahun (dalam sumber sejarah lain disebutkan pada saat menaklukkan
Konstantinopel usianya sudah 23 tahun). Bukan hanya itu. Di usianya yang baru
menginjak 8 tahun, ia sudah mampu menghafal al-qur’an 30 juz. Ia menguasai
bahasa Arab, Turki, Persia, Perancis, Yunani, Serbia, Hebrew dan Latin secara
fasih. Semuanya ia kuasai di usinya yang belum genap 17 tahun. Muhammad
al-Fatih, pemuda yang mampu membuktikan kebenaran ucapan Rasulullah saw dan
menjadi sebaik-baiknya pemimpin. Suatu pencapaian yang didambakan oleh
generasi-generasi terbaik kaum muslim sebelumnya.
Muhammad
al-Fatih hanyalah sedikit dari generasi terbaik kaum muslim
yang sudah melakukan pencapaian-pencapaian yang luar biasa diusianya yang masih
muda. Sejarah mencatat nama mereka dengan tinta emas. Pribadi-pribadi yang
layak untuk dijadikan panutan bagi remaja muslim. Bukan sekumpulan laki-laki
‘semi laki-laki’ yang membentuk Boy Band. Atau sekumpulan perempuan dalam Girl
Band, yang entah apakah keindahan suara atau keindahan fisik semata yang mereka
jual. Lebih berbahaya lagi jika kita ‘menggilai’ mereka dengan sangat
berlebihan. Seolah-olah hidup ini hanya untuk mereka. Menempatkan mereka dalam
kehidupan kita melebihi kedudukan Allah swt. Jangan sampai ia menjadi
thagut-thagut bagi kita. Mereka hanyalah sekumpulan pemuda-pemudi ‘alay’ biasa
yang terlalu berlebihan untuk dijadikan sebuah panutan.
Ø Budaya
1. Mengurangi rasa
cinta terhadap musik Indonesia seperti melayu dan dangdut.
2. Musik asli Indonesia
lama kelamaan akan hilang.
Dengan adanya KPOP ini
akan berpengaruh pula terhadap permusikan di Indonesia. Penimat musik lama-lama
dan berubah halauan.
3.
Membuat pergeseran budaya lokal karena inginnya mengikutu style artis Korea.
4. Mayarakat kita
khususnya anak muda banyak yang lupa akan identitas diri sebagai bangsa
Indonesia, karena gaya hidupnya cenderung meniru budaya KPOP yang oleh
masyarakat dunia dianggap sebagai kiblat.
5. Tercampurnya
kebudayaan dalam negeri dengan kebudayaan luar, khususnya permusikan itu
sendiri.
6. Acuh tak acuh terhadap budaya tradisional
Indonesia.
7. Lebih menyukai budaya Korea ketimbang budaya
asli Indonesia yang bersifat monoton.
Budaya
Korea:
Budaya
Indonesia:
8. Terlalu fanatik terhadap boyband atau
girlband sehingga melupakan kewajiabannya misalnya seorang pelajar rela bolos
sekolah demi melihat artis korea yang datang berkunjung ke Indonesia.
9. Meniru gaya hidup dari artis-artis korea yang
tidak sesuai dengan jati diri bangsa Indonesia.
Penutup
Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan
dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke
generasi. Budaya terbentuk dari
banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni. Bahasa, sebagaimana juga budaya, merupakan bagian tak terpisahkan dari diri manusia
sehingga banyak orang cenderung menganggapnya diwariskan secara genetis. Ketika
seseorang berusaha berkomunikasi dengan orang-orang yang berbeda budaya dan menyesuaikan
perbedaan-perbedaannya, membuktikan bahwa budaya itu dipelajari.
Budaya merupakan salah satu jati diri sebuah bangsa, akan
tetapi budaya bersifat dinamis yang dapat berubah sesuai dengan perkembangana
jaman yang terjadi. Bila suatu budaya asing masuk ke Indonesia seharusnya warga
Indonesia bisa menyaring atau menyeleksi dari budaya asing tersebut.
Komentar
Posting Komentar